Wisata Bukit Batu di Kota Palangka Raya


 kota yang berjulukan Kota Cantik , menjelajah wisata yang ada di Kota Palangkaraya. Bukit Batu, menjadi tempat yang ingin sobat all in one kunjungi . Sebagai salah satu objek wisata yang ada di Kalimantan Tengah, Kota Palangkaraya, tepatnya di desa Kasongan, Kecamatan Katingan, Kabupaten Katingan, Jika saat itu pergi menggunakan motor, menempuh jarak sekitar 50 km dari Kota Palangkaraya, dan hal itu memakan waktu hampir 2 jam lamanya.
Ketika kita sudah berada di Bukit Batu, sebagai objek wisata yang terdapat banyak tumpukan batu besar. Kita akan bertanya-tanya, berasal darimana semua batu-batu besar ini. Karena tidak mungkin batu-batu itu berasal dari Sungai Katingan yang jaraknya cukup jauh, yaitu sekitar 15 Km . Kalau batu-batu itu bekas dari puing-puing kerajaan, di Kalimantan Tengah tidak ada kerajaan yang berdiri karena merupakan daerah baru yang di buka dari hutan belantara.
Berada di Bukit Batu seperti berada di satu tempat yang mustahil terjadi. Karena Bukit Batu sulit dijelaskan melalui fenomena alam dan realitas historis, setidaknya seperti Borobudur misalnya, sehingga Bukit Batu menghadirkan sistem keyakinan tersendiri bagi masyarakat setempat dan mempunyai legenda untuk meneguhkan keberadaan Bukit Batu, yang sekaligus, legenda itu, berfungsi sebagai legitimasi.
Berada digerbang utama, kita akan disambut dengan satu batu besar yang tertulis “Kalimantan Lembangun Tjilik Riwut”. Memasuki kedalam objek wisata ini, ya memang benar-benar terdapat batu semua. Namun, ada sebuah pendopo yang dimana sebelum kita menikmati berlibur disini kita harus mengisi buku tamu, yang di jaga oleh masyarakat sekitar. Untuk biaya masuknya sendiri terbilang murah dan terjangkau, untuk satu orangnya dikenai harga Rp 2000 , sedangkan jika membawa kendaraan ditambah Rp 1000 .

                                            Kalimantan Lembangun Tjilik Riwut

Jika flashback akan kesah atau legenda yang sering diceritakan masyarakat Kalimantan Tengah. Kisah yang bergulir pada masa silam, seorang yang bernama Burut Ules tinggal di desa Tumbang Linting. Burut Ules dikenal sebagai seorang yang mempunyai kemampuan spritual tingkat tinggi, yang dalam bahasa setempat disebut sebagai bakaji. Seperti halnya di Jawa ada kisah Djaka Tarub yang mengambil selendang salah satu bidadari yang sedang mandi di telaga kemudian mengawini bidadari tersebut. Legenda Burut Ules dan Bukit Batu juga tidak bisa dilacak waktu kejadiannya, tetapi diyakini sebagai sungguh terjadi. Kisah cerita itu mengidentifikasi “Bukit Batu” sebagai makhluk yang mempunyai jenis kelamin laki-laki.
Kemudian, Bukit Batu ini mengawali kisah dari Tjilik Riwut yang dikenal sebagai pahlawan Kalimantan Tengah. Riwut Dahiang, ayah Tjilik Riwut menginginkan seorang anak laki-laki sebab setiap anaknya lahir laki-laki selalu meninggal. Di Bukit Batu ini ia bertapa, biasa disebut masyarakat sekitar dengan “balampah”. Ia memohon kepada Hatalla (Tuhan) agar mendapatkan anak laki-laki. Dalam tapanya, ia mendapatkan wangsit bahwa anak laki-lakinya akan dilahirkan kelak mengemban tugas khusus untuk masyarakat sukunya (tepatnya di Kalimantan Tengah, suku Dayak). Dalam masa pertumbuhannya Tjilik Riwut hampir tidak pernah melupakan Bukit Batu.
Di Bukit Batu, seperti apa yang pernah dilakukan ayahnya, Tjilik Riwut melakukan apa yang disebut sebagai balampah (semedi, bertapa). Di tempat yang dianggap keramat itu Tjilik Riwut bersemedi untuk merenungkan kehidupannya. Dalam bertapa itu, lagi-lagi mendapat wangsit seperti yang pernah dialami oleh ayahnya. Wangsit yang pertama diperoleh ialah, supaya Tjilik Riwut menyeberang laut untuk menuju Pulau Jawa. Hampir sulit wangsit itu dilaksanakan, karena pada jaman itu, transportasi di Kalimantan masih sangat lemah untuk menuju Jawa, sehingga bisa dikatakan mustahil, apalagi harus ditempuh dari desa Kasongan di mana Tjilik Riwut lahir dan tinggal. Untuk pergi ke Banjarmasin yang terletak di pulau yang sama dengan Kalimantan, pada waktu itu bukan main susahnya.

                               Diatas sini, diperkirakan Tjilik Riwut Bertapa

Post a Comment

0 Comments